INIPALU. COM-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui UPT Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan kegiatan Rapat Koordinasi Antar instansi dalam Rangka Implementasi Model Pelindungan Bahasa Daerah, Kamis(16/3/2023) Disalah satu Hotel di Kota Palu.
Kepala Badan pengembangan dan pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek ) Prof. E. Aminudin Aziz, menuturkan Tujuan digelar rapat koordinasi Antar instansi tersebut adalah untuk menyamakan pemahaman mengenai revitalisasi bahasa daerah dan kolaborasi untuk membuat rencana aksi yang akan dilaksanakan dalam persiapan revitalisasi bahasa daerah di 5 Kabupaten Yang ada di Sulawesi Tengah agar tidak saling bertentangan dan simpang siur.
Bahasa yang akan direvitalisasi pada tahun 2023 adalah bahasa Kaili (Kota Palu dan Kabupaten Donggala), bahasa Pamona (Kabupaten Poso), bahasa Saluan (Kabupaten Banggai), dan bahasa Banggai (Kabupaten Banggai Kepulauan).
Menurutnya Sulawesi Tengah punya beragam bahasa daerah yang dimiliki. Hanya saja, jumlah penuturnya cenderung terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Karena itu upaya pelestarian penting dilakukan untuk mencegah kepunahan bahasa daerah.
“Kalau memang bahasa daerah kita anggap sebagai aset, maka perlu kita lestarikan. ” Tuturnya.
Lebih lanjut,Aminudin menuturkan,Dalam melaksanakan program revitalisasi ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memperhatikan karakteristik daerah masing-masing dan pelibatan berbagai pemangku kepentingan, seperti keluarga, guru, dan pegiat pelindung bahasa dan sastra daerah, hingga komunitas.
“Hal itu dilakukan agar revitalisasi bahasa yang dilakukan tepat sasaran.” Tambahnya.
Model revitalisasi yang dilakukan menurut Aminudin dilihat karakteristik tiap daerah baik itu pembelajaran yang menarik dan menggunakan cara yang membawa siswa atau penutur menggunakan bahasa daerah secara aktif dan produktif.
Ditempat yang sama, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah Dr. Asrif, menyebutkan ada sekitar 22 bahasa daerah yang tersebar di Sulawesi Tengah. Dari beberapa bahasa, sebagian besar hampir mengalami kemunduran.
Ia membeberkan kendala penyebab terjadinya kemunduran pelestarian bahasa daerah di Sulteng, karena faktor kurangnya dukungan pemerintah, kurikulum Muatan lokal serta kampanye bahasa daerah yang terbatas.
“Regenerasi untuk penutur bahasa daerah tidak berjalan baik, karena dipicu kurangnya kurikulum Muatan lokal serta kampanye terkait bahasa daerah yang terbatas. Hal inilah yang dampak pada kemunduran bahasa daerah. ” Bebernya.
Asrif menyebut diantara beberapa bahasa daerah di Sulteng yang hampir mendekati kepunahan adalah bahasa Dampelas dan termasuk juga bahasa Kaili.
“Kita bisa lihat saat ini di Kota Palu, frekuensi penggunaan bahasa daerah pada mahasiswa itu berkurang, ” Terangnya.
Untuk itu dengan adanya revitalisasi bahasa daerah di Sulteng Asrif berharap dapat menguatkan serta menanamkan kembali kebanggaan terhadap bahasa dan sastra daerah agar tetap tetap lestari.***