INIPALU.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah (KPwBI Sulteng) mengadakan diskusi ekonomi terkini bersama para akademisi lokal untuk membahas kondisi ekonomi di Sulawesi Tengah. Diskusi ini dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng, Rony Hartawan, dan berlangsung pada 25 Oktober 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh para ekonom dan akademisi dari Universitas Tadulako, seperti Dr. Muzakir, SE., M.Si., Ketua ISEI Cabang Palu; Moh. Ahlis Djirimu, Ph.D., Lektor Kepala Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Tadulako; serta Prof. Dr.rer.pol. Patta Tope, S.E. Ekonom Yunior BI, M. Rifhal Julian dan Akbar Hidayat, juga turut berpartisipasi dalam diskusi ini.
Rony Hartawan menyatakan bahwa diskusi ini dilakukan secara rutin untuk menindaklanjuti arahan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, yang menekankan pentingnya asesmen ekonomi daerah guna memahami perkembangan ekonomi nasional dan regional, terutama di Provinsi Sulawesi Tengah.
“Diskusi ini bertujuan untuk mendukung Bank Indonesia dalam menyusun bahan asesmen ekonomi daerah, yang berfokus pada pemahaman mengenai dinamika ekonomi nasional dan regional serta bagaimana kebijakan yang relevan bisa diimplementasikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah,” ujar Rony Hartawan.
Diskusi ini mencakup beberapa topik penting, mulai dari inflasi bahan pokok, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), hingga isu spesifik seperti harga tiket pesawat dan pengembangan pariwisata. Menurut Rony Hartawan, isu-isu tersebut mencerminkan komitmen Bank Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah dengan pendekatan yang berfokus pada masalah aktual di daerah.
Salah satu poin yang mendapat perhatian adalah stabilitas makroekonomi di Sulawesi Tengah. Meskipun terjadi sedikit penurunan dalam pertumbuhan ekonomi secara tahunan (Year-on-Year) pada tahun 2024, Provinsi Sulawesi Tengah berhasil mempertahankan stabilitas ekonomi yang baik. Prospek ekonomi untuk triwulan keempat tahun 2024 juga dinilai cukup optimis, terutama di sektor industri pengolahan yang didorong oleh peningkatan produksi dan permintaan di industri nikel.
“Kami melihat prospek positif pada triwulan keempat tahun ini, utamanya di sektor industri pengolahan, yang banyak disokong oleh potensi industri nikel di Sulawesi Tengah,” tambah Rony.
Selain pertumbuhan ekonomi, isu distribusi bahan pokok dan pengendalian inflasi juga menjadi fokus dalam diskusi ini. Para akademisi dan ekonom BI mencatat bahwa tantangan dalam distribusi bahan pokok telah mempengaruhi harga kebutuhan dasar di Sulawesi Tengah. Bank Indonesia mengidentifikasi pentingnya memperkuat konektivitas antar daerah untuk memperpendek rantai distribusi, sehingga harga bahan pokok lebih stabil dan terjangkau bagi masyarakat.
Dalam upaya untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok, salah satu usulan penting yang muncul dari diskusi ini adalah penerapan penyeragaman kalender tanam.
“Penyeragaman kalender tanam akan menjadi langkah penting untuk memastikan pasokan bahan pokok yang cukup dan menekan kenaikan harga,” ungkap M. Rifhal Julian, Ekonom Yunior Bank Indonesia.
Diskusi ini juga menghasilkan rencana untuk mengadakan Forum Industri Pariwisata Sulawesi Tengah pada awal tahun 2025. Forum ini akan menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan di sektor pariwisata untuk membahas peningkatan fasilitas penerbangan serta infrastruktur pendukung pariwisata di Sulawesi Tengah, yang berpotensi besar sebagai destinasi wisata di Indonesia. Forum ini diharapkan dapat membantu menarik lebih banyak wisatawan domestik maupun internasional, sejalan dengan visi pemerintah untuk memajukan sektor pariwisata di wilayah tersebut.
Selain itu, Bank Indonesia juga berencana untuk melakukan kajian mendalam terkait distribusi komoditas utama di Sulawesi Tengah, seperti beras, ikan selar, cabai, dan bahan bakar minyak (BBM). Kajian ini mencakup upaya pembentukan neraca pangan regional untuk memantau kebutuhan dan pasokan komoditas di daerah tersebut. Prof. Dr.rer.pol. Patta Tope, salah satu akademisi yang hadir, menyatakan pentingnya koordinasi antara pemerintah, industri, dan lembaga keuangan untuk memastikan ketahanan pangan dan pasokan komoditas yang stabil.
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah melalui Kantor Perwakilannya menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan melibatkan akademisi sebagai local expert, Bank Indonesia berharap dapat menciptakan kebijakan yang tepat sasaran dan relevan dengan kondisi lokal.
“Kami terus melakukan diskusi seperti ini sebagai bentuk komitmen untuk menghadirkan kebijakan ekonomi yang adaptif dan inovatif, sesuai dengan kebutuhan masyarakat Sulawesi Tengah,” tutup Rony Hartawan.
Kegiatan diskusi ini tidak hanya bermanfaat dalam merumuskan strategi kebijakan ekonomi tetapi juga sebagai bentuk sinergi antara Bank Indonesia dengan institusi akademik di Sulawesi Tengah. Sinergi ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata bagi peningkatan kualitas ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tengah secara berkelanjutan.(*)
Tidak ada komentar