Dialog kebangsaan ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat serta mencari solusi bersama terkait berbagai persoalan yang terjadi di Sulawesi Tengah, dengan fokus utama pada isu narkotika yang semakin meresahkan. Sarifuddin Sudding dalam kesempatan tersebut menyoroti berbagai persoalan hukum, keamanan, dan sosial yang dihadapi masyarakat, serta pentingnya kolaborasi antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan ini.
Sarifuddin Sudding dengan tegas menyatakan bahwa narkotika bukan hanya kejahatan luar biasa, tetapi juga merupakan ancaman terhadap kemanusiaan yang harus mendapatkan perhatian kolektif dari semua pihak.
“Narkotika merusak generasi muda dan mengancam masa depan bangsa. Ini bukan hanya masalah hukum, tetapi juga masalah sosial dan moral yang harus diatasi bersama,” ujar Sarifuddin di hadapan peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat, mahasiswa, dan aktivis.
Kepala BNNP Sulawesi Tengah, Brigjen Ferdinand Maksi Pasule, dalam paparannya memberikan data yang sangat mengkhawatirkan terkait penyalahgunaan narkotika di daerah tersebut. Menurutnya, jumlah pengguna narkotika di Sulawesi Tengah mencapai 43.000 orang, dengan sejumlah kasus melibatkan anak-anak di bawah umur. Salah satu kasus yang mencuri perhatian adalah seorang anak berusia 12 tahun di Parigi yang terjerat narkotika hingga harus meninggalkan bangku sekolah. Saat ini, anak tersebut sedang menjalani rehabilitasi dengan harapan dapat kembali melanjutkan pendidikannya.
“Ini adalah contoh nyata betapa besar dampak narkotika terhadap masa depan generasi muda kita. Kita tidak hanya berurusan dengan angka, tetapi dengan kehidupan dan harapan mereka yang hancur akibat narkotika,” ujar Ferdinan, seraya mengingatkan pentingnya upaya preventif dan rehabilitatif dalam mengatasi permasalahan ini.
Sarifuddin Sudding mengapresiasi langkah-langkah yang telah diambil oleh BNNP Sulawesi Tengah dalam penanganan kasus narkotika. Namun, ia menegaskan perlunya penguatan sinergi antara pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan masyarakat.
“Penanggulangan narkotika tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah atau aparat, tetapi memerlukan keterlibatan aktif masyarakat. Kami dari Komisi III DPR RI akan terus mendorong kebijakan yang memberikan dukungan penuh kepada BNN dan lembaga terkait lainnya,” ungkapnya.
Selain itu, Sarifuddin juga mendorong adanya peningkatan fasilitas dan dukungan bagi BNN di Sulawesi Tengah. Salah satu langkah yang sedang direncanakan adalah pendirian kantor BNN di Parigi Moutong, yang saat ini masih menunggu finalisasi lahan hibah dari pemerintah daerah setempat.
“Kami berharap pendirian kantor BNN di Parigi Moutong dapat mempercepat proses penanggulangan narkotika di daerah tersebut,” tambah Sarifuddin.
Selain isu narkotika, Sarifuddin Sudding juga menyoroti stabilitas politik dan keamanan di Sulawesi Tengah. Ia memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang berjalan damai dan tanpa konflik. Menurutnya, kedewasaan masyarakat Sulawesi Tengah dalam menjaga harmoni sosial menjadi modal penting dalam mendorong pembangunan dan kesejahteraan di daerah ini.
“Kedewasaan masyarakat kita dalam menjaga ketertiban dan kedamaian selama Pilkada adalah contoh nyata betapa pentingnya stabilitas politik bagi pembangunan daerah. Ini adalah modal penting yang harus terus kita jaga,” ungkap Sarifuddin.
Dalam sesi tanya jawab, Amar, seorang warga Kota Palu, menyampaikan usulan agar pemerintah dan BNNP lebih intensif mengadakan sosialisasi tentang bahaya narkotika. Ia menyarankan agar sosialisasi tersebut tidak hanya dilakukan di sekolah-sekolah, tetapi juga di rumah-rumah ibadah, tempat umum, dan lingkungan masyarakat.
“Pendidikan tentang bahaya narkotika harus dilakukan secara menyeluruh dan merata, melibatkan semua elemen masyarakat,” katanya.
Sarifuddin menanggapi usulan tersebut dengan positif dan berjanji untuk mendorong program-program sosialisasi yang lebih luas, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk tokoh agama dan masyarakat.
“Kami akan terus memperjuangkan agar program pencegahan narkotika ini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Dialog kebangsaan ini ditutup dengan ajakan dari Sarifuddin Sudding kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama berperan aktif dalam melawan narkotika dan menjaga stabilitas daerah.
“Masalah narkotika adalah musuh bersama. Kami berharap seluruh masyarakat Sulawesi Tengah dapat bergandengan tangan, berkolaborasi dengan pemerintah dan aparat untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari narkotika,” kata Sarifuddin.
Acara ini tidak hanya menjadi ruang untuk mendiskusikan isu penting yang dihadapi daerah, tetapi juga sebagai ajakan untuk mempererat kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan aparat dalam menjaga masa depan generasi muda Sulawesi Tengah yang lebih baik.(*)
Tidak ada komentar