INIPALU.com – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulawesi Tengah menggelar Pelatihan Jurnalistik Investigasi dan Liputan Korupsi di Swiss-Belhotel Palu, Senin (17/2). Kegiatan ini menghadirkan mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palu periode 2021-2023 sebagai pemateri utama, yang membawakan materi tentang metode investigasi di sektor pertambangan, teknik wawancara dengan narasumber kunci, serta cara mengelola dan memverifikasi data dalam liputan investigatif.
“Investigasi pertambangan bukan sekadar mencari data, tetapi juga memahami alur permainan korupsi, dari izin tambang hingga dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa media memiliki peran penting sebagai pengawas pemerintah dan sektor swasta, memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam berbagai aspek kehidupan publik. Namun, ia juga mengingatkan bahwa kekuatan media dalam membentuk opini publik dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadi.
Jurnalis senior Sulawesi Tengah, Yardin Hasan, yang turut menjadi pembicara dalam pelatihan ini, menekankan pentingnya integritas dalam praktik jurnalistik.
“Liputan investigasi membutuhkan waktu lama, kerja tim, dan metode yang ketat,” ujarnya.
Yardin mengingatkan bahwa investigasi sering kali bersifat sensitif dan rawan karena menyasar kepentingan banyak pihak. Oleh karena itu, kerja tim sangat penting untuk menguji data dan menyusun laporan yang akurat.
Di tengah disrupsi digital dan dinamika politik, ia juga menyoroti fenomena media bodrex—istilah yang digunakan untuk menggambarkan media yang tidak mengindahkan kaidah jurnalistik dan lebih berorientasi pada keuntungan semata.
“Siapa pun kini bisa ‘membuat media’ dan ‘memanfaatkan media’ untuk kepentingan pribadi, seperti branding atau penggiringan opini. Ini yang membuat jurnalis harus semakin kritis dalam memilah informasi dan menjaga profesionalisme,” tambahnya.
Profesionalisme jurnalis menjadi kunci utama dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap media. Yardin menegaskan bahwa kecenderungan menjadikan berita sebagai alat pemerasan tidak hanya merusak citra media, tetapi juga mengikis kepercayaan publik.
“Jurnalis harus berpikir jangka panjang, karena yang dipertaruhkan adalah trust (kepercayaan). Jika pembaca tidak percaya, maka produk yang dihasilkan tidak akan dibaca, yang pada akhirnya memengaruhi masa depan media itu sendiri,” katanya.
Selain tantangan lokal, Yardin juga menyoroti upaya global untuk membungkam media independen, seperti dampak penangguhan dana USAID oleh pemerintahan Donald Trump yang memengaruhi keberlangsungan media independen di Amerika Latin.
Ia mengingatkan bahwa jurnalis harus lebih disiplin dalam mematuhi Undang-Undang Pers dan kode etik jurnalistik agar media tetap menjadi pilar demokrasi yang sehat dan terpercaya.
Dengan pelatihan ini, AMSI Sulteng berharap dapat meningkatkan kapasitas jurnalis dalam melakukan investigasi yang berbasis data dan etika yang kuat, sehingga mampu menghadirkan informasi yang kredibel bagi masyarakat.(*)
Tidak ada komentar