Pemuda Sulteng Tantang Korporasi: Kami Bisa Tanam 70 Ribu, Kalian Bisa Apa?

waktu baca 3 menit
Sabtu, 26 Jul 2025 13:07 0 73 π€π§ππ«πž πƒπžπ₯𝐚𝐧𝐨

PALU, – Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Internasional, Rembuk Pemuda Sulawesi Tengah (Sulteng) menginisiasi penanaman 70.000 pohon mangrove di sepanjang pesisir Pantai Palu, Sabtu (26/7/2025). Aksi kolaboratif ini menjadi upaya nyata generasi muda dalam menyelamatkan ekosistem Teluk Palu, memperbaiki garis pantai, serta meningkatkan kesadaran terhadap krisis iklim.

Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen, termasuk komunitas Mangrover, pelajar, mahasiswa, dan organisasi kepemudaan dari sejumlah sekolah dan kampus. Komitmen kerja sama antara Rembuk Pemuda dan Mangrovers diperkuat melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU), sebagai landasan gerakan rehabilitasi mangrove yang berkelanjutan.

Ketua Rembuk Pemuda Sulteng, Fathur Razaq, menekankan bahwa penanaman ini adalah wujud dari nilai spiritual dan kepedulian lingkungan. Ia menyebut aksi tersebut sebagai bentuk β€œsedekah alam”.

β€œKami tanam mangrove bukan untuk seremonial, tapi sebagai bentuk syukur dan sedekah kami kepada alam. Kami percaya, menjaga alam adalah bagian dari ibadah sosial,” ungkap Fathur dalam sambutannya.

Lebih lanjut, Fathur mendorong peran aktif generasi muda untuk bermimpi besar dan bertindak nyata dalam menjaga lingkungan. Ia juga menyoroti kurangnya kontribusi dari kalangan industri dalam program reboisasi.

β€œKami anak muda saja bisa menanam 70 ribu pohon. Sementara perusahaan-perusahaan besar di Sulteng belum ada yang menanam sebanyak ini. Harusnya ada regulasi yang mewajibkan tambang atau industri menyumbang bibit setiap tahun. Kami di Rembuk Pemuda bercita-cita tanam satu juta pohon setiap tahun, baik di darat maupun di laut,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan visinya untuk menjadikan pesisir Palu sebagai destinasi wisata hijau berskala internasional.

β€œKalau seluruh garis pantai Palu ini ditanami mangrove, saya yakin suatu hari akan menjadi seperti Miami. Tempat wisata bahari, ekonomi pesisir tumbuh, dan masyarakat hidup berdampingan dengan alam,” tambah Fathur.

Apresiasi atas gerakan ini juga disampaikan Ketua Mangrovers, Ismail. Ia menyambut baik kolaborasi yang terjalin dan menyebutnya sebagai titik balik dalam perjuangan komunitasnya yang selama ini bergerak sendiri pasca-tsunami 2019.

β€œHari ini kami tidak sendiri. MoU ini jadi bukti kolaborasi nyata. Mangrove terbukti bisa meredam ombak, menyerap karbon 10 kali lebih besar daripada pohon di hutan, dan sekarang sudah memberi manfaat ekonomi, misalnya munculnya kerang di area tanam,” kata Ismail.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sulawesi Tengah, Simpra Tajang, memuji inisiatif generasi muda dalam mendukung program perlindungan garis pantai yang sejalan dengan program Pemerintah Provinsi, yaitu Berani Makmur dan Berani Tangkap Banyak.

β€œMangrove bukan hanya pelindung alami dari abrasi dan tsunami, tapi juga bisa menjadi bagian dari ekonomi hijau. Bahkan bisa masuk skema carbon credit jika regulasi kita mendukung,” ujarnya.

Aksi penanaman ini juga diikuti oleh berbagai kelompok, antara lain HMI Cabang Palu, UKOM dan BPM Fakultas Hukum, OSIS SMAN 1 & SMAN 3 Palu, Teknik Unismuh, UKOF FMIPA, dan Himpunan Mahasiswa Fisika.

Penanaman dilakukan dari titik Layana hingga kawasan Citraland, sebagai langkah konkret menuju kawasan pesisir yang hijau, kuat, dan berkelanjutan.

β€œSemoga ini bukan akhir, tapi justru awal dari gerakan restorasi mangrove yang masif dan berkelanjutan. Kalau kita jaga alam, alam pasti akan menyediakan apa yang kita butuhkan,” tutup Fathur. (*)

π€π§ππ«πž πƒπžπ₯𝐚𝐧𝐨

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
x