BERITA SULTENG

Perempuan Patriotik Indonesia Gelar Pertemuan Pertama di Palu

×

Perempuan Patriotik Indonesia Gelar Pertemuan Pertama di Palu

Sebarkan artikel ini

Palu,Sulawesi Tengah,- Organisasi Kemasyarakatan yang diinisiasi Buya H Muhammad J Wartabone mulai melakukan pergerakan dan berkumpul untuk membicarakan beberapa hal teknis. Pertemuan itu berlangsung di kediaman Hj Sari Mutia Ningrum Toana, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perempuan Patriotik Indonesia, Sabtu (8/6/24).

Buya Muhammad J Wartabone yang lebih akrab dengan sapaan Buya MJW, sebagai anggota Dewan Pembina Pusat (DPP) Perempuan Patriotik Indonesia hadir dalam pertemuan tersebut, sekaligus melakukan silaturahmi dengan ibu-ibu yang tergabung dalam perkumpulan itu.

“Semoga organisasi ini bisa berjalan sesuai harapan kita dan apa yang sudah kita cita-citakan,” ujar Buya MJW.

Dalam pertemuan tersebut, Buya MJW yang maju sebagai calon Walikota Palu serta H Ahmad M Ali, Ketua Dewan Pembina Pusat (DPP) Perempuan Patriotik Indonesia yang maju sebagai calon Gubernur Sulawesi Tengah pada Pilkada November 2024 mendatang, memohon doa untuk kesuksesan keduanya.

Perempuan Patriotik Indonesia sendiri adalah wadah berhimpun bagi para perempuan yang memiliki semangat patriotisme berlandaskan pada rasa cinta terhadap Tanah Air Indonesia yang berwawasan Bhineka Tunggal Ika.

Selain itu Perempuan Patriotik Indonesia merupakan organisasi yang berasaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, serta nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para tokoh pejuang perempuan di berbagai daerah Nusantara.

Perempuan Patriotik Indonesia adalah organisasi yang telah mendapatkan persetujuan dari Kemenkumham, berpusat dan berkedudukan di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, sebagai lembaga sosial kemasyarakatan bagi semangat dan gerakan patriotik perempuan di Indonesia.

Sejumlah catatan yang melahirkan Perempuan Patriotik Indonesia adalah hal yang mendasari bahwa perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan, di mana dalam sejarah tercatat telah memainkan peran vital dalam melahirkan generasi-generasi terbaik bangsa yang memiliki karakter serta kecintaan terhadap negara dan
bangsa.

Akan tetapi dalam perjalanan waktu, peran itu belum mendapatkan perhatian serta tempat yang selayaknya dalam kehidupan sosial masyarakat di Indonesia. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa, secara formal, pemerintah telah menetapkan sejumlah kebijakan yang mendorong gerakan emansipasi perempuan.

Selain lewat peringatan-peringatan Hari Perempuan yang disimbolkan lewat sejumlah tokoh gerakan perempuan pada level nasional, seperti Raden Ayu Ajeng Kartini tokoh perempuan Jawa, Keumalahayati tokoh perempuan Aceh, Andi Depu Maraddia Balanipa tokoh perempuan Mandar. Aisyah Tangahu tokoh Patriotik 23 Januari 1942 Gorontalo, juga ada tokoh perempuan Sulawesi Tengah seperti Ranggingamagi tokoh Perempuan yang berasal dari Tana Kaili, Tatanga Palu, serta Mpolite tokoh Perempuan Pekurehua, dan Ngeawu
tokoh perempuan Poso.

Meski Pemerintah telah mendorong munculnya figur-figur tokoh sentral perempuan di tengah masyarakat. Hanya saja, pemikiran serta gerakan sosial dari tokoh-tokoh tersebut belum menjadi
diskusi publik yang memberikan inspirasi secara riil di tengah kehidupan berbangsa dan bertanah air.

Selain Kartini, hampir setiap daerah di Indonesia pada dasarnya memiliki tokoh-tokoh gerakan perempuan yang dapat menjadi role model bagi sesama mereka. Gagasan-gagasan patriotik berikut peran dari para tokoh perempuan berbasis lokal tersebut perlu diberikan tempat sehingga dapat mewarnai peran perempuan di ruang privat dan publik.

Guna mewadahi perasaan dan kesadaran cinta para perempuan terhadap Tanah Air sekaligus menegaskan peran sentral mereka dalam pembentukan karakter bangsa, perempuan perlu memiliki wadah dalam bentuk organisasi.

Wadah sosial ini tidak hanya berfungsi sebagai wahana berbagi, akan tetapi juga berfungsi sebagai tempat peningkatan kapasitas serta peran perempuan yang lebih riil di tengah masyarakat.

Atas pertimbangan itulah, organisasi kemasyarakatan Perempuan Patriotik Indonesia hadir. Organisasi kemasyarakatan ini muncul dari kesadaran bahwa perempuan memiliki peran ganda yang signifikan, karena di samping memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, perempuan turut memainkan peran sentral dalam melahirkan tunas-tunas bangsa ke depan yang berwawasan patriotik./*

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *